ALKUNA
Sifat fisika alkuna secara umum
mirip dengan alkana dan alkena, seperti :
- Tidak larut dalam air
- Alkuna dengan jumlah atom C sedikit berwujud gas, dengan jumlah atom C sedang berwujud cair, dan dengan jumlah atom C banyak berwujud padat.
- Berupa gas tak berwarna dan baunya khas
- mudah teroksidasi atau mudah meledak.
Titik didih beberapa senyawa alkuna
disajikan pada Tabel 12.4.
Tabel 12.4. Titik Didih beberapa
Senyawa Alkuna
Alkuna sebagai hidrokakbon tak
jenuh, memiliki sifat menyerupai alkena tetapi lebih reaktif. Reaktiftas alkuna
disebabkan karena terbongkarnya ikatan rangkap tiga dan membentuk senyawa baru.
Atas dasar ini maka reaksi alkuna umumnya reaksi adisi. Contoh reaksi adisi
alkuna dengan gas halogen, seperti gas bromine (Br2), klorine (Cl2) dan iodine
(I2). Ikatan rangkap tiga terlepas dan senyawa halogen masuk pada kedua atom
karbon. Reaksi terus berlangsung sehingga seluruh ikatan rangkapnya terlepas,
dan membentuk senyawa haloalkana. Persamaan reaksi ditunjukan pada Bagan 12.27.
Bagan 12.27. Reaksi adisi alkuna
dengan halogen
Reaksi lainnya yaitu adisi dengan
senyawa hidrogen menggunakan katalis Nikel, persamaan reaksi dapat dilihat pada
Bagan 12.28.
Bagan 12.28. Reaksi hidrogenasi
2-butuna dengan katalisator Nikel
Pemanfaatan Alkuna seperti
pemanfaatan gas etuna (asetilena) untuk pengelasan. Gas asetilena dibakar
dengan gas Oksigen mengahsilkan panas yang tinggi ditandai dengan kenaikan suhu
sampai dengan 3000 º C, sangat cocok untuk mengelas logam, perhatikan Gambar.
Selain itu, alkuna juga dapat dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan senyawa
lain, karena senyawa ini cukup reaktif.
Gambar . pemanfaatan gas asetilena
untuk pengelasan
Isomeri pada alkuna sama dengan
isomer pada alkena, dimana sifat isomer terjadi karena perpindahan ikatan
rangkap sehingga isomer pada alkuna dan pada alkena disebut dengan isomer
posisi. Contoh isomer posisi adalah senyawa 2-butuna denga 1-butuna, perhatikan
Gambar
Perlu kita ingat, isomer pada alkena terjadi
karena perbedaan pada rantainya dan sering disebut dengan isomer rantai.
Bagan Isomer senyawa 1-butuna dengan 2- butuna
Senyawa alkana dapat dibedakan
dengan alkena dan alkuna. Pembedaan ini dapat dilakukan dengan reaksi
penambahan senyawa bromine (Br2). Reaksi adisi pada senyawa alkana tidak
terjadi. Sedangkan untuk senyawa alkena maupun alkuna terjadi reaksi Brominasi,
peristiwa reaksi ini dapat diikuti dengan mudah, senyawa alkana tidak memberikan
perubahan warna ditambahkan dengan senyawa Bromin yang berwarna merah, warna
larutan akan tetap berwarna merah.
Berbeda dengan senyawa alkena dan
alkuna yang tidak berwarna bereaksi dengan bromin dan terjadi reaksi adisi
membentuk senyawa halida yang tidak berwarna, larutan akan tetap tetap tidak
berwarna dan terjadi senyawa alkena yang mengandung gugus bromide.
Jika reaksi ini terus dilanjutkan,
maka reaksi adisi terjadi lagi dan terbentuk senyawa alkana yang mengandung
gugus bromide. Untuk lebih jelasnya perhatikan Bagan
Bagan . Reaksi brominasi sebagai
pembeda antara alkana dengan alkena atau alkuna
REAKSI - REAKSI ALKUNA
1. reaksi adisi
pada alkuna
o Reaksi alkuna dengan halogen (halogenisasi)
Perhatikan reaksi di atas, reaksi pada tahap 2 berlaku aturan markonikov.
o Reaksi alkuna dengan hidrogen halida
Reaksi di atas mengikuti aturan markonikov, tetapi jika pada reaksi alkena dan alkuna ditambahkan peroksida maka akan berlaku aturan antimarkonikov. Perhatikan reaksi berikut:
o Reaksi alkuna dengan hidrogen
2. Polimerisasi alkuna
3. Substitusi alkuna Substitusi (pengantian) pada alkuna dilakukan dengan menggantikan satu atom H yang terikat pada C=C di ujung rantai dengan atom lain.
REAKSI - REAKSI ALKUNA
o Reaksi alkuna dengan halogen (halogenisasi)
Perhatikan reaksi di atas, reaksi pada tahap 2 berlaku aturan markonikov.
o Reaksi alkuna dengan hidrogen halida
Reaksi di atas mengikuti aturan markonikov, tetapi jika pada reaksi alkena dan alkuna ditambahkan peroksida maka akan berlaku aturan antimarkonikov. Perhatikan reaksi berikut:
o Reaksi alkuna dengan hidrogen
2. Polimerisasi alkuna
3. Substitusi alkuna Substitusi (pengantian) pada alkuna dilakukan dengan menggantikan satu atom H yang terikat pada C=C di ujung rantai dengan atom lain.
Masalah : mengapa gas asitilena itu bisa dimanfaatkan untuk pengelasan ??
BalasHapusGas asetilen merupakan salah satu jenis gas yang sangat mudah terbakar dibawah pengaruh suhu dan tekanan. Hasil pembakaran gas asetilen (C2H2) oleh oksigen (O2) dapat menghasilkan suhu yang sangat sangat tinggi sehingga dapat mencairkan logam. Itulah mengapa gas asetilena bisa dimanfaatkan untuk pengelasan.
BalasHapuskarena jika gas asetilena dibakar suhu yang dihasilkan tersebut sangat tinggi berkisar 3500derajat celsius.
BalasHapushal inilah yang dimanfaatkan dalam pengelasan yang membutuhkan suhu yang tingi supaya bisa mencairkan logam..
terima kasih
Hal teresebut dikarenakan Gas asetilena dibakar dengan gas Oksigen mengahsilkan panas yang tinggi ditandai dengan kenaikan suhu sampai dengan 3000 º C, Oleh karena itu lah sangat cocok untuk pengelasan.
BalasHapusSemoga membantu...
proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas aseteline=C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetelin. Karena tidak menggunakan tenaga listrik,dan pada saat pembakaran gas asetilena bisa menghasilkan suhu yg tinggi yaitu berkisar 3500 derajat celsius
BalasHapusanda memberi judul alkuna? bukankah rangkap 2 itu alkena?
BalasHapusHahahaahahha
BalasHapus